Sabtu, 25 April 2015

RINDERPEST VIRUS



  2.1            Penyakit Rinderpest
Rinderpest merupakan penyakit sistemik akut atau subakut yang sangat menular pada sapi, yang dicirikan oleh nekrosis dan erosi mukosa pada saluran pernafasan dan saluran pencernaan serta serangan penyakit ini secara tiba-tiba. Konstipasi awal, biasanya didahului oleh dehidrasi dan kelemahan yang hebat, akan diikuti oleh mencret. Karena angka kematiannya yang tinggi, penyakit ini dapat menyebabkan malapetaka kerugian ekonomi.
Virus rinderpest menyebabkan kematian hebat pada sapi di banyak bagian dunia selama berabad-abad. Penyakit ini pertama kali diperikan pada abad keempat dan tidak dapat dimusnahkan dari Eropa sampai abad ke 19. Dewasa ini, penyakit ini masih menyebabkan kerugian ekonomi yang besar di Afrika, Timur Tengah dan berbagai tempat di Asia.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjQrR3qF5z1VFDJRSx1fjhXmDkFPUX1D3n-mMTrPVaYUMdp2l-hAyuSagKrC588j74mTSFpgNNajc1xuG-q6N16qM2EOqyKp1j2hGU-NdcjSMcOylAnj8870sP63n3upNRP1g9S9TJKOe8/s320/nrmicro1550-i1i.jpg
Selain itu virus rinderpest juga menyerang kerbau dan ruminansia liar. Virus ini termasuk dalam genus Morbillivirus dan family Paramyxoviridae.
Berdasarkan kajian genetik diperkirakan bahwa virus rinderpest merupakan prototipe dari morbillivirus, yang menghasilkan virus distemper anjing dan virus campak manusia sekitar 5000-10.000 tahun yang lalu.
Virus rinderpest merupkan agen pertama yang bertanggungjawab terhadap penyakit campak, canine distemper, peste des petites ruminansia, dan phocine distemper.

Rinderpest virus, penyebab penyakit “wabah lembu" di Jerman, menjadi virus yang paling membinasakan penyakit ternak dalam sejarah.Virus ini menginfeksi hewan anggota artiodactyla. Virus Rinderpest ( RPV) telah digolongkan sebagai Morbillivirus, dari genus Paramyxoviruses. Rinderpest tidak berefek pada manusia (tidak bisa menginfeksi manusia, namun virus dapat menginfeksi anjing, biri biri dan kambing, yang kemudian menjadi pembawa dan penyebar virus ini walaupun virus ini sangat mematikan, namun virus ini dapat dengan mudah pecah dan rusak oleh panas, pengeringan, dan sinar matahari.
Angka kematian dari penyakit Riderpest ini sangat tinggi. Penyebaran virus Rinderpest dapat melalui kontak langsung dengan hewan penderita rinderpest, meminum air yang terkontaminasi virus, dan dapat juga ditularkan lewat udara pernafasan. Gejala penyakit ini meliputi demam, hilangnya selera makan, dan radang pada hidung serta mata. kemudian diikuti dengan pendarahan pada mulut, hidung, dan organ kelamin hewan, serta diare akut (diare berdarah). Umumnya hewan yang terinfeksi rinderpest akan mati setelah 6-12 hari setelah menunjukkan gejala klinis.
  2.2            Etiologi
Rinderpest disebabkan oleh virus yang termasuk genus morbillivirus dari famili Paramyxovirus.
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/5/5b/Rinderpest_Virus.JPG
Virus lain yang termasuk dalam genus morbillivirus adalah canine distemper, measles, porcine distemper, equine morbillivirus pneumonia dan peste des petis ruminants.
Virus rinderpest relative tidak stabil dan tidak dapat bertahan lama dalam sekresi yang telah mongering dan pada karkas hewan mati. Virus ini sangat sensitive terhadap suhu ( inaktif pada suhu 56°C ) basa dan asam kuat.


  2.1            Epidemiologi
Kisaran inangnya meliputi sapi piaraan, kerbau air, domba dan kambing. Unta adalah rentan tetapi tidak berperan penting dalam epidemiologi penyakit. Babi piaraan dapat menunjukkan gejala klinis dan dianggap sebagai sumber virus yang penting di Asia. Sesama hewan liar, semua spesies dari genus Artiodactyla adalah rentan.
Di daerah endemis, penyakit ini menular dari satu hewan ke hewan lainnya melalui kontak, infeksi yang terjadi lewat udara. Virus dikeluarkan dalam sekresi dari hidung, tenggorokan, dan konjungtiva, serta dalam tinja, air kemih, dan susu. Sapi yang terinfeksi mengeluarkan virus selama masa inkubasi, sebelum gejala klinis tampak, dan di Afrika serta Asia, hewan yang demikian itu merupakan sumber terpenting bagi masuknya rinderpest ke daerah yang bebas penyakit ini. Karena virus tidak tahan panas, penularan tidak langsung lewat daging segar dan produk daging, makanan, dan kendaraan pengangkut tidak biasa terjadi.
  2.2            Struktur Virus
·         Virus ini memiliki kapsid berbentuk bola dengan selubung protein di dalamnya.
·         Materi genetiknya berupa RNA
·         Memiliki 6 protein struktural (large, fosfoprotein, hemaglutinin, nucleoprotein, fusion, dan membran protein)

  2.3            Infeksi virus
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEicYrrY5Kdntc71nNRCDh9dZuYH_pcTSr_OLrilRnU15yRtAOYHJ7tm-8YJlIIAVuXgdVSuodq1HZJEVSZNl1sSgTqYNWXahGJ7WlU49Ny84Zg8U_yZ5djGc75mRzbDg7YWaZXeQIP_Vj4/s320/nrmicro1550-i1iii.jpg
Protein permukaan virus berikatan dengan reseptor sel hospes, kemudian terjadi fusi dan perpindahan materi genetik virus ke sel hospes. Polimerase langsung mulai membentuk 6 mRNA untuk masing-masing protein struktural virus. Lalu ribosom hospes mentranslasi mRNA membentuk protein virus, dan terjadi perakitan virus. Virus-virus baru yang telah selesai dirakit kemudian keluar dari sel untuk menginfeksi sel lain dengan membentuk budding.
  2.4            Penyebaran Rinderpes
Rinderpes tersebar antara hewan melalui kontak langsung. Virus itu dapat di sekresi dari mata, hidung, atau mulut, dan kotoran, urine, darah, susu, atau reproduksi cairan dari hewan yang terinfeksi. Virus juga dapat disebarkan oleh fomites seperti peralatan yang terkontaminasi, pakan palung dan penyiraman tank. Erosol penularan dapat terjadi, tetapi biasanya hanya jarak yang sangat pendek.
  2.5            Sel target Virus
Sel target virus adalah kelenjar getah bening (limfa), epitelium sel pernafasan dan gastrointestinal.
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi49nSzzlL8UYPZ4u5R5ls0c0dyXMDgjbNb86aKq-C1FJ33a0sMMNy4w2tPKziwEK_6pQvyF-OgZY0mJ-Aryy71bd8IkEZF7BzI5zAuhfCFLse5ruDMC1Js6DKmx32EKbpKr5ly8jHRqso/s1600/300px-Rinderpestmouth.jpg
  2.6            Hewan Peka
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjzbX6JMA8vs0qvoPBc0j2Wmw0mlQd2KZBh-KGLB_D-KFwIfSm8dRhPF6zqczI5yBCEMxcGcgF0XCke1PeoCsqhPDom0w31UeUp6zOoZO_TyVvLM9JmAMdYXzA7i45bssGcK5xDD1lpgDo/s1600/300px-V8180T12.jpeg
Hewan yang peka terutama sapi dan kerbau, meskipun demikian sebagian besar ruminansia peka terhadap rinderpest hanya tingkat kepekaannya sangat berbeda. Hewan lain yang peka adalah babi, domba, kambing, jerapah, warthtogs, anthelop.
  2.7            Sifat Virus Rinderpest
·         Terdapat hanya satu serotipe, yang secara antigenik stabil dan mempunyai reaksi silang dengan morbillivirus yang lain.
·         Virusnya labil dan secara cepat menjadi tidak aktif pada bangkai, hanya dalam beberapa jam pada kondisi tropis.
·         Pada tinja, virus tetap menular selama sekitar 48 jam, sedangkan daging, limpa, dan buku limfa pada temperatur 5o C tetap menular sampai 2-3 hari.
·         Untuk disinfeksi, natrium hidroksida, deterjen, dan semua disinfektan komersial adalah ampuh.

  2.8            Gejala Klinis
·         Gejala klinisnya beragam tergantung kepada kerentanan bangsa atau spesies atau ruminansia dan status kekebalan dari hewannya.
·         Setelah masa inkubasi 4 sampai 15 hari, temperatur meningkat mencapai 41o C, dan terjadi anoreksia, kelemahan dan depresi.
·         Terjadi pengeluaran air mata dan ingus yang meningkat, disertai oleh pengeluaran air liur.
·         Nekrosis terpusat, erosi luar, dan bercak perdarahan timbul pada mukosa mulut.
·         Sesak nafas, batuk-batuk, dan mencret terjadi antara hari ke-4 dan ke-7 demam.
·         Tinja berair dan mengandung darah serta mukosa yang mengelupas; dehidrasi terjadi pada kasus yang ganas.
·         Kematian biasanya terjadi antara 6 dan 12 hari setelah mulainya gejala klinis. Pada populasi sapi yang sangat rentan, semua hewan yang terinfeksi akan sakit, dengan angka kematian mencapai 90%.
·         Bangsa sapi asli di Afrika mempunyai angka kematian yang lebih rendah, sampai 50%. Sapi yang mampu bertahan akan sembuh dalam 4-5 minggu setelah mulainya penyakit dan kebal seumur hidup; tidak ada status pembawa virus.

  2.9            Diagnosis
·         Laboratorium
Di negara tempat berjangkitnya rinderpest secara endemis, diagnosis klinis biasanya sudah memadai. Di negara yang bebas dari penyakit ini tetapi melakukan impor hewan, rinderpest dapat dikelirukan oleh penyakit lain yang mempengaruhi mukosa, seperti mencret virus sapi, dan penyakit ingusan, dan pada stadium awal, sulit membedakannya dengan rhinotrakeitis sapi menular dan penyakit mulut-dan-kuku. Virus menginfeksi berbagai macam sel, tetapi isolasi untuk diagnosis laboratorium secara rutin dilakukan pada biakan sel ginjal sapi.
·         Diagnosis Serologis
·         Uji penetralan
·         ELISA

2.10            Patogenesis dan Imunitas
Setelah infeksi dalam hidung (intranasal), virus bereplikasi dan antigen virus dapat diamati pada tonsil, dan buku limfa pada rahang bawah dan farings 24 jam setelah infeksi. Viremia timbul 2-3 hari setalah infeksi dan 1-3 hari sebelum hewan menderita demam. Setelah terjadi penyebaran sistemik, virus dapat ditemukan pada buku limfa, limpa, sumsum tulang, dan mukosa saluran pernafasan bagian atas, paru-paru, dan saluran pencernaan. Virus bereplikasi pada mukosa hidung, menyebabkan nekrosis, erosi, dan eksudasi fibrin. Sapi yang sembuh dari rinderpest mempunyai kekebalan seumur hidup. Antibodi penetral tampak 6-7 hari setelah mulainya gejala klinis, dan titer maksimumnya tercapai selama minggu ketiga dan keempat.
2.11            Pengobatan,  pencegahan dan pengendalian
Sebelum vaksin rinderpest ditemukan, penyakit ini dicegah dengan mengkarantina hewan-hewan ternak. Baru kemudian setelah tahun 1890, mulai dilakukan imunisasi terhadap penyakit ini dengan menyuntikkan lembu yang sehat dengan darah lembu lain yang terinfeksi rinderpest.
Kemudian vaksin rinderpest ditemukan, dengan merekombinasi protein permukaan RPV ke vaccinia (vaksin untuk cacar sapi)
Di negara bebas rinderpest, upaya kesehatan masyarakat veteriner dimaksudkan untuk mencegah masuknya virus. Dilarang mengimpor daging mentah dan produk daging dari negara yang terinfeksi, dan hewan kebun binatang harus dikarantina sebelum dikirim ke negara yang demikian itu. Di negara tempat rinderpest bersifat endemis, atau ada kemungkinan besar penyakit itu akan masuk, digunakan vaksin virus hidup teratenuasi.
Vaksin didasarkan kepada galur virus yang diadaptasikan pada kelinci dan secara beruntun disepihkan pada sel ginjal pedet, menghasilkan vaksin yang aman karena tidak dikeluarkan oleh penerima (resipien), ampuh karena vaksin itu menimbulkan kekebalan jangka panjang, dan murah pembuatannya. Itu merupakan salah satu vaksin yang paling baik untuk mengatasi penyakit hewan, tetapi vaksin yang digunakan dewasa ini tidak tahan panas dan memerlukan ”rantai-dingin” yang harus dipertahankan dengan baik, suatu masalah praktis yang sulit diatasi bagi banyak daerah yang kejangkitan rinderpest. Dengan vaksin virus hidup teratenuasi yang ditumbuhkan dalam biakan sel, antibodi untuk pertama kali dapat dideteksi 7-17 hari setelah vaksinasi, dan antibodi penetral tetap ada seumur hidup.

3 komentar:

  1. sangat membantu makasih kaka :) lanjutin terus karyanya,aku izin copas yha buat tugas sekolah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terimakasih kembali :) . Jangan lupa tulis sumber yaa

      Hapus